Monday, 27 November 2017
CERPEN B. INDONESIA
DIA
Aku mengenalnya sejak lama. Walau dia tidak mengenalku. Aku juga mengenalnya hanya sebatas nama. Dia temannya temanku. Temanku pernah bercerita tentangnya kepadaku. Sejak itu aku mengenalnya.
Namanya Renha. Renha terkenal dengan kepintarannya dalam Subyek Matematika. Dia anak kelas sebelah kelasku.
Selasa, pagi, mungkin 07:10, aku dengan seragam putih abu-abu menaiki tangga demi tangga. yang mana kelasku berada di lantai 1. Betapa lelahnya, namun untungnya ada temanku,Rio,yang juga menemaniku berlelah-lelah.
Tak kusangka, kami bertemu di tangga. Aku dengan si Rio dan dia dengan 4 orang temannya. Aku sudah melihatnya dari bawah tangga. Tapi dia tidak melihatku saat aku melihatnya. Lucunya, aku dengan penuh usaha mengupayakan ia melihatku saat aku melihatnya. Setelah menundukkan kepala, aku dengan berani menegakkan kepala dan melihat ke atas tangga. Ternyata di atas sana, ia juga sedang melihatku. Anehnya, belum lama kami bertatapan aku langsung memalingkan wajah. Padahal itu momen yang kutunggu.
Aku mengenal Renha semakin dekat ketika kelas kami sama-sama mengikuti kegiatan rekoleksi dari sekolah. Temanku yang sering bercerita tentangnya, ternyata satu kelompok dengannya. Ketika itu, aku mengatakan “wow, kalian sekelompok lagi” lantas Renha saat itu heran. Tergambarkan dari wajahnya yang seikit bertanya-tanya.
Hari terakhir rekoleksi, aku ingin ke dapur untuk mengisi air minum. Aku melihat ada lelaki di dekat meja makan yang sedang mengambil air minum dari dispenser. Namun tidak kuperhatikan lebih. Aku memajukan langkahku. Hingga aku sampai di dapur. Lalu aku tertegun. Ketika melihat air minum masih di dalam galon yang terisi penuh. Aku memutar badan. dan ternyata Renha tepat di sana. Ternyata ia juga yang berada di depan dispenser tadi.
Lalu dia tetap berdiri di tempatnya dengan cangkir di tangan tanpa berkata apapun.
“Bisa bantuin gak?” Tanyaku sambil mengarahkan ia ke galon itu. Dia diam saja. Namun langsung bergerak, membantuku. Saat kami menuangkan air, tubuh kami begitu dekat.
Ia mengisikan airku dahulu. Lalu kubantu ia mengisi punyanya.
“Makasih ya” ucapku. “Ya” katanya
Lalu kami keluar dari dapur. dengan aku yang memimpin jalan. Lalu kami berpisah arah.
Aku tidak tahu singkatnya kisah kami berdua itu, begitu melekat di otakku selepas dari rekoleksi.
Pertemuan pagi itu membuatku lebih semangat memulai hari itu. Aku selalu permisi ke toilet, agar melewati kelasnya. Berharap ia juga melihatku saat itu. Aku juga sering main ke kelasnya, dengan banyak alasan yang sebenarnya tidak begitu penting. Tapi tetap saja, aku berusaha.
Perlahan aku tidak sadar aku dibutakan oleh dirinya. Padahal ia hanya diam di tempat, tanpa suatu pergerakan pun. Tanggapanku tentang aku dan dia tidak terdefinisikan. Aku tidak jatuh cinta, namun aku selalu teringat padanya.
Baru kusadari aku hanya jatuh hati pada kisah kami di dapur yang tidak seberapa itu.
Banyak pertemuan setelah itu, namun tidak ada sesuatu yang jelas. Pertemuan yang singkat tanpa tujuan. Bagiku, perasaan berlebihan ini harus dihapuskan.
Esoknya ku tahu ia sedang menyukai perempuan di kelasku. Aku baru tahu. Awalnya menyakitkan bagiku. Namun bisa kuterima.
– Banyak pertemuan tanpa arti, banyak perkenalan tanpa menyatukan namun dengan perpisahan.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Featured post
Popular Posts
-
Cara membuat tulisan dobel line dengan photoshop A salamu'alaikum Wr. Wb. Bagaimana kabarnya sobat hari ini? Jumpa lagi dengan kami m...
-
Cara membuat tulisan melingkar di photoshop A salamu'alaikum Wr. Wb. Bagaimana kabarnya sobat hari ini? Jumpa lagi dengan kami ma...
-
Cara membuat tulisan full color dengan photoshop A salamu'alaikum Wr. Wb. Bagaimana kabarnya sobat hari ini? Jumpa lagi dengan kami m...